Untag berkomitmen tinggi untuk mengembangkan kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka, maka mau tidak mau, suka tidak suka mahasiswa Untag diharuskan menempuh 20 sks diluar program studi atau di luar perguruan tinggi.
Hal ini disampaikan Rektor Untag Prof. Dr. Drs. Suparno, MSi saat membuka acara workshop, yang digelar di hotel Grand Edge Semarang, baru baru ini.
Acara yang bertemakan "Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka" yang dipandu oleh Koordinator Pengembangan Prodi Baru Untag Amsar, SH. MM ini telah dihadiri dari berbagai narasumber, diantaranya adalah Dr. Sugiyanto, SH, MSi selaku Kepala BKD Kabupaten Pemalang, dan alumni PSHPD Untag, Kemudian Harjanto Halim, MSc selaku CEO PT. Marimas Putra Kencana, Drs. Henanta Budianto, Akt. selaku Konsultan Akuntan Publik, Arief Bowo selaku perwakilan plant manager Aquaria New, dan Gatot Sunarto, ST. MM, selaku Direktur Gapensi Kota Semarang.
Prof. Suparno mengatakan bahwa dengan hadirnya para narasumber pada workshop ini, diharapkan dapat ditindaklanjuti dengan MOU, agar para mahasiswanya bisa magang di instansi mereka yang kebetulan telah hadir, maupun narasumber yang lain, untuk melaksanakan kebijakan MBKM.
Adapun tujuan diselenggarakannya workshop ini adalah, yang pertama,untuk mengembangkan model lulusan yang bermoral Pancasila, berjiwa nasionalisme, dan mempunyai kemampuan intelektual.
Kedua, Mengembangkan dan menyusun kurikulum yang berbasis MBKM yang berkompetitif dan beradaptasi dengan perubahan, dan mampu meningkatkan daya saing dan kompetensi lulusan.
Ketiga, Mengembangkan dan menyusun kurikulum MBKM yang dapat link and match dengan stakeholder, dunia usaha, dan industri serta birokrasi.
Untuk itu dia berharap, mudah mudahan dari para narasumber yang hadir maupun yang lewat daring dapat memberikan wawasan ataupun masukan untuk Untag, sehingga dapat melengkapi penyusunan kurikuluam yang dilakukan oleh para ketua program studi Untag yang hadir diacara ini.
Narasumber yang pertama, yaitu Dr. Sugiyanto yang menyampaikan kajian kurikulum dari aspek birokrasi. Dalam penyampaiannya dia telah membenarkan apa yang disampaikan Prof. Suparno, yaitu dalam membangun kurikulum perlu adanya link and match, karena berdasarkan pengalaman dilapangan bahwa untuk masuk dalam persaingan di ASN harus melalui beberapa tahapan, yaitu tes Standar Kompetensi Dasar (SKD) yang berupa tes wawasan kebangsaan, tes IQ dan tes karakteristik kepribadian.
Selanjutnya adalah tes Standar Kompetensi Bidang (SKB). Maka untuk menuju kesana harus ada link and match antara kurikulum dengan tes birokrasi. Sehingga perlu dilakukan perubahan khususnya kurikulum dan proses belajar mengajar di Untag.
Haryanto Halim mengatakan bahwa cara menanamkan wawasan kebangsaan dan karakteristik kepribadian yang disampaikan oleh Sugiyanto tersebut harus diberikan kepada mahasiswa dalam kesehariannya, yang dilakukan dengan penuh kedisiplinan.
Selanjutnya Hananta Budianto berharap agar kurikulum Untag sebaiknya didesain untuk siap kerja, karena berdasarkan pengalamannya selama menerima mahasiswa magang di instansinya, hampir semua Universitas baik negeri maupun swata pada umumnya mahasiswanya belum siap kerja, maka dengan MBKM ini diharapkan bisa ada perubahan.
Arif Bowo membenarkan perlunya penyesuaian kurikulum, hal itu akan berdampak terhadap kinerja yang dilakukan mahasiswa pada saat mengikuti magang, karena perlu diketahui bahwa mahasiswa yang magang di Aquaria telah diseleksi kinerjanya, sehingga bila instansi membuka lapangan pekerjaan baru, maka tinggal menawarkan kepada mahasiswa magang tersebut setelah lulus, dan tanpa diuji kembali.
Sedangkan Gatot Sunarto mengatakan bahwa sebelumnya Gapensi memang sudah bekerjasama dengan Untag, dan menurutnya bahwa kurikulum Untag sudah sesuai dengan kebutuhan kerja di Gapensi, hanya perlu pengembangan mahasiswa dalam berkomunikasi.
Selain narasumber tersebut diatas, pada acara itu secara daring juga menghadirkan para alumni Untag yang berhasil dan tersebar di luar negeri, untuk dimin