Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang sebagai kampus nasionalis yang berwawasan kebangsaan, baru-baru ini telah menggelar acara Dialog Kebangsaan, yang diinisiasi oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Untag Semarang.
Acara tersebut digelar di gedung Grha Kebangsaan kampus Untag Jl. Pawiyatan Luhur Semarang, yang dihadiri oleh para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang ada di Semarang dan sekitarnya.
Rektor Untag Prof. Dr. Drs. Suparno, MSi dalam sambutannya telah mengapresiasi acara tersebut, mengingat tema yang diusung pada dialog kali ini bersesuaian dengan visi misi Untag Semarang sebagai kampus nasionalis yang berwawasan kebangsaan.
Menurutnya, Dialog Wawasan Kebangsaan ini sangat penting bagi mahasiswa dalam rangka mempertebal rasa kebangsaan serta meningkatkan semangat kebangsaan, karena wawasan kebangsaan merupakan nilai mendasar yang sudah menjadi pandangan hidup bangsa atau karakter politik bangsa.
Dialog wawasan kebangsaan ini menjadi penting karena adanya fenomena kemerosotan rasa, paham, dan semangat kebangsaan dewasa ini. Hal ini mengindikasikan belum terealisasinya wawasan kebangsaan secara baik, sistematis dan terprogram, sehingga nilai-nilai wawasan kebangsaan yang diharapkan bisa mengintegrasikan sekaligus mewadahi semua keanekaragaman serta perbedaan bangsa yang belum bisa teraktualisasikan sesuai dengan kultur dan struktur masyarakat Indonesia.
Adapun sebagai narasumber pada dialog kebangsaan tersebut adalah Danie Budi Tjahyono (DPRD Komisi D Jateng) serta FX. Handoko Agung (Ketua Bidang Kelembagaan Komisi Informasi Pusat).
Dalam paparannya, Danie Budi Tjahyono menyampaikan tentang pentingnya implementasi jiwa nasionalis dan patriotik dalam bermasyarakat. Danie yang juga merupakan alumni Untag Semarang ini mengatakan bahwa nasionalisme dan patriotisme dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti melestarikan kebudayaan, menjaga kerukunan umat beragama, memelihara persatuan dan kesatuan, serta selalui mematuhi norma hukum yang berlaku.
Sementara itu, FX. Handoko Agung dalam kesempatannya, membawakan topik dialog tentang “Nasionalisme pemuda masa kini di era keterbukaan informasi publik”.
Handoko mengungkapkan bahwa musuh bangsa Indonesia saat ini bukan lagi penjajah asing, melainkan adalah sifat kebodohan, kemiskinan, dan ketidakadilan yang kerap menghantui rakyat. Menurutnya, ketiga sifat tersebut akan selalu menyelimuti negara Indonesia jika generasi muda masih bersikap apatis.
Selanjutnya dia menyampaikan bahwa di era demokrasi yang terbuka saat ini, generasi muda khususnya para mahasiswa seharusnya dapat terlibat aktif dalam mengawal kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Hal ini merupakan salah satu bentuk nasionalisme terhadap bangsa dan negara, katanya.