Dunia kerja telah mengakui bahwa sumber daya manusia yang unggul adalah mereka yang tidak hanya memiliki kemahiran hard skill saja, tetapi juga piawai dalam aspek soft skillnya.
Namun dalam realitasnya bahwa pendidikan di.Indonesia telah memberikan porsi yang lebih besar untuk muatan hard skill, bahkan bisa dikatakan lebih berorientasi pada pembelajaran hard skill saja.
Maka jika berkaca pada realita tersebut, pendidikan soft skill tentu menjadi kebutuhan urgen dalam dunia pendidikan, sekalipun untuk mengubah kurikulum juga bukan hal yang mudah. terang Ketua Bursa Kerja Career Untag Dr. Tri Lestari Hadiyati, MSi saat mengadakan pelatihan soft skill siap kerja Batch 1 yang diikuti oleh 45 mahasiswa Untag .
Pelatihan ini diadakan selama dua hari, yaitu dari tanggal 9 - 10 Juli 2019 di kampus Untag, yang dimentori oleh dosen Untag yaitu Dr. Tri Lestari, Dra Endang Swastuti, MM, dan Ir. Ayu Komang, MSi.
Dr. Tri Lestari mengatakan bahwa dengan diadakannya pelatihan soft skill secara berkelanjutan ini diharapkan mahasiswa Untag mempunyai keseimbangan antara soft skill dan hard skill, sehingga para lulusannya dapat mengembangkan diri dan mampu berkompetensi dalam dunia kerja.
Wakil Rektor bidang kerjasama Dr. Retno Mawarini, SH, MHum menyampaikan bahwa penyelenggaraan pelatihan soft skill ini sebagai tindak lanjut dari kerjasama antara Untag dengan United State Agency International Development (USAID) melalui Ready - to Work Accelerator Program (RWAP).
Disepakati, jumlah keseluruhan mahasiswa yang akan mengikuti pelatihan sebanyak 585 peserta, terdiri dari enam fakultas yang ada di Untag, adapun dalam pelaksanaannya akan dibagi dalam 13 batch, yang akan diselenggarakan selama empat bulan, yaitu pada bulan Juli, September, Oktober dan Nopember 2019.
Rektor Untag Dr. Suparno, MSi mengatakan bahwa kegiatan soft skill harus dilakukan secara terencana dan terprogram serta tersistem, jadi setiap kegiatan harus ada coach atau mentor yang membimbing, sehingga jelas kemana arah kegiatan tersebut akan dilaksanakan.
Disamping itu kegiatan pelatihan harus ada capaian, sehingga mempunyai tujuan yang jelas, apakah akan diarahkan pada transformasi keyakinan, motivasi, karakter atau tingkah laku. Untuk itu pelatihan harus dilakukan secara berkelanjutan, sampai pada durasi tertentu akan terjadi transformasi diri yang seutuhnya.