Indonesia adalah negara demokrasi dengan ditandai dengan diselenggarakannya pemilihan umum (umum) dan pemilihan kepala daerah (pilkada) pada setiap pergantian pemerintahan. Penyelenggaraan Pilkada tahun 2020 sangat rumit karena dibarengi dengan maraknya pandemi virus corona yang melanda seluruh dunia termasuk Indonesia. Akibat hal itu, muncul kekhawatiran banyak pihak akan terjadinya penurunan kualitas Pilkada dan berkurangnya partisipasi masyarakat.
Hal tersebut menjadi pokok permasalahan disertasi yang disusun oleh Diyah Nur Widowati, S.H., M.H., MSi ketika memaparkan hasil penelitiannya dihadapan para penguji pada ujian terbuka promosi doktor di Fakultas Hukum Untag Semarang baru baru ini.
Dyah Nur Widowati yang juga sebagai Pegawai Negeri Sipil di Sragen itu menyatakan bahwa beberapa peraturan perundangan yang dibentuk oleh pemerintah belum efektif pada Pilkada 2020 di masa pandemi. Masih terdapat problematika hak demokrasi, hak pilih, dan hak kesehatan yang kemudian diangkat penelitian disertasi dengan judul “Model Penyelenggaraan Pemilihan Umum di Masa Pandemi Wabah Penyakit Menular”.
Lebih lanjut Diyah Nur Widowati menyampaikan bahwa disejumlah kabupaten di Jawa Tengah partisipasi masyarakat dalam Pilkada masih rendah. Hal tersebut terjadi karena terdapat pelanggaran protokol kesehatan dan pelanggaran pemilihan yang menyebabkan kerumunan.
Dalam temuannya, wanita kelahiran 5 Januari 1977 itu mengusulkan pola pemungutan suara dalam penyelenggaraan pemilu di masa pandemi yang terbagi dalam tiga mekanisme.
Mekanisme pertama adalah melalui surat pos yang dapat dilakukan dengan memilih kandidat lebih awal dengan memasukkan surat suara yang dimasukkan ke kotak di lokasi yang ditentukan atau dilakukan dengan KSK (Kotak Suara Keliling). Hal tersebut diadopsi dari Pemilu Amerika Serikat yang sangat melindungi hak keselamatan rakyat dan hak demokrasi, ujarnya.
Mekanisme kedua adalah dengan Internet Voting (E-Voting). Menurutnya, dengan mengadopsi sistem Pemilu di negara Estonia, penyelenggaraan pemilu di wabah pandemi harus disediakan aplikasi dan menyusun regulasi yang memadai yang bertujuan agar pemungutan suara dapat dilakukan hanya di rumah. E-Voting juga bertujuan untuk mengantisipasi malapraktik pasca pemberian suara, tambahnya.
Mekanisme ketiga menurut ibu dua anak tersebut adalah diadakannya Hari Pemungutan Suara. Para pemilih datang ke lokasi TPS yang telah ditentukan dengan menerapkan protokol kesehatan seperti mengecek suhu tubuh, memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Dari hasil temuannya, Diyah Nur Widowati berhasil lulus kuliah program doktor dengan masa studi 2 tahun 11 bulan dengan raihan IPK 3.83 dan memperoleh predikat cumlaude.
Ia berterima kasih kepada para penguji yang diantaranya adalah Prof. Dr. Edy Lisdiyono, S.H., M.Hum selaku ketua sidang, Prof. Dr. Sarsintorini Putra, S.H., M.H sebagai sekretaris, Dr. Gunawan Suswantoro, S.H., M.Hum selaku penguji eksternal, Dr. Suroto, S.H., M.Hum dan Dr. Johan Erwin Isharyanto, S.H., M.H selaku penguji, serta Prof. Dr. Retno Mawarini S., S.H., M.Hum selaku Promotor dan Dr. Mashari., S.H., M.Hum selaku ko-promotor.