Syarat menjalankan organisasi kepemimpinan lembaga pendidikan tinggi kuncinya adalah kepemimpinan yang kuat (strong leadership). Untuk menjadi pemimpin yang kuat ada beberapa syarat yang harus dilakukan, yang tentunya harus dilatih pada diri kita masing-masing, karena nantinya akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya, maka untuk mengetahui apa yang harus dikerjakan adalah sesuatu yang mutlak.
Kepemimpinan yang kuat adalah mereka yang senantiasa memegang penuh CINTA KASIH. Siapapun Anda adalah pemimpin dengan cinta kasih. Minimal untuk diri sendiri. Cinta kasih adalah singkatan dari cerdas, inovatif, normative, tangguh, aspiratif, dengan modal keteladanan, amanah, sensitive, inspiratif, dan humanis.
Demikian disampaikan Direktur Pembinaan Kelembagaan Pendidikan Tinggi Kemenristek Dikti RI, Dr. Totok Prasetyo, B.Eng, MT, saat memberikan pengarahan kepada seluruh pejabat struktural dilingkungan Untag Semarang, baru baru ini.
Acara "Penataan Kelembagaan" yang digelar di kampus merah putih ini telah dimoderatori sendiri oleh Rektor Untag, Dr. Suparno, MSi.
Rektor mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaan Dr. Totok ke Untag ini untuk memberikan pencerahan, mengingat masih ada unsur atau komponen Perguruan Tinggi yang harus dikonsolidasikan dan diberdayakan, agar Untag mampu mengembangkan kualitas pelayanan secara terus menerus, untuk sukses mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan.
Unsur-unsur strategis yang harus dikonsolidasikan, diberdayakan maupun ditingkatkan antara lain kualitas program akademik, kualitas sumberdaya manusia, kualitas sarana prasarana, dan suasana akademik yang didukung dengan sistem tata kelola yang berkualitas.
Dalam paparannya Dr. Totok menjelaskan bahwa yang dimaksud Cerdas adalah syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
Cerdas ini menjadi sifat yang fathonah, maka cerdas adalah kewajiban seorang pemimpin untuk menjalankan roda organisasi agar berjalan dengan baik dan terus maju.
Kedua, adalah inovatif. Kata inovatif sangat popular di era revolusi industry 4.0 sekarang ini. Ciri dari inovatif adalah menghasilkan kreatifitas. Dalam konteks pendidikan inovatif yang kemudian menghasilkan kreatifitas itu adalah level berpikir paling tinggi, dimana berpikir tingkat tinggi itu sangat dibutuhkan diera disrupsi sekarang ini. Mereka yang bertahan dengan daya kreatifitas yang kuat maka akan mampu hidup dengan layak dimasa sekarang ini.
Berikutnya adalah pemahaman akan nilai-nilai normatif. Normatif meliputi tentang norma hukum, norma sosial, dan norma agama. Terlebih mereka yang memimpin pada lembaga pendidikan, karena norma sejatinya adalah pelestarian kehidupan itu sendiri.
Berikutnya adalah tangguh. Pemimpin itu harus kuat, berkomitmen, berkompeten, bukan mereka yang gampang ngambek, lebay, gampang nesu. Jika ini terjadi maka akan bubar.
Dan yang terakhir adalah aspiratif. Aspiratif adalah keterbukaan menerima segala sesuatu yang manis maupun pahit. “Lihatlah apa yang diucapkan bukan dari siapa yang mengucapkan.”
Keteladanan
Selain seorang pemimpin itu harus cerdas, inovatif, normatif, tangguh, dan aspiratif, pemimpin haruslah memberikan keteladanan, selalu amanah, sensitive, inspiratif, serta humanis.
Pemimpin itu jangan seperti calo di terminal. Calo selalu di tempat dan kerjaannya hanya mencari dan menyuruh penumpang untuk naik kendaraan. Setelah para penumpang berangkat, si calo masih saja ditempat. Jadi intinya sebagai pimpinan jangan hanya menyuruh tapi juga memberikan teladan yang baik, baru yang dipimpinnya akan mengikuti.
jadi benar apa yang sudah dilakukan oleh rektor Untag Dr. Suparno ini, yang telah memberikan contoh teladan, yang sebentar lagi akan terbit SK nya menjadi Profesor.
Berikutnya adalah amanah. Amanah ini bisa dipercaya. Apapun yang diberikan akan dikerjakan dengan baik dan tidak menunda-nunda pekerjaan yang diberikan. Selain teladan dan amanah seorang pemimpin haruslah sensitive terhadap situasi dan kondisi yang ada. dari situlah akan memunculkan inspirasi yang humanis