Program Studi Pendidikan dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa (PKTTYME) Fakultas Bahasa dan Budaya (FBB) Untag Semarang, baru baru ini telah menggelar kuliah umum yang bertema "Penguatan Nilai Nilai Budaya Dalam Pendidikan Sebagai Upaya Membentuk Generasi Muda Berkarakter". Acara tersebut diselenggarakan di kampus FBB Jl. Seteran Dalam No. 9 Semarang.
Pada acara tersebut dibuka oleh Wakil Rektor Untag bidang akademik Prof. Dr. Dra. Emiliana Pudjiarti, MSi, dan dilanjutkan sambutan oleh Ketua Pembina YPP 17 Agustus 1945 Semarang Prof. Dr. Sarsintorini Putra, SH. MH. telah mengapresiasi Prodi PKTTYME yang dimiliki oleh FBB Untag, yang merupakan satu satunya prodi yang ada di Indonesia.
Menurut Dekan FBB Untag Drs. Yosep Bambang Margono, PhD. bahwa maksud dan tujuan diselenggarakannya kuliah umum ini adalah untuk menguatkan nilai budaya dalam bidang pendidikan serta untuk meningkatkan pengetahuan publik tentang prodi baru Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa (KTTYME).
Kuliah umum disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Drs. Fitra Arda, MHum, dan Direktorat KMA Kemendikbud Dra. Sri Hartini, MSi, yang dimoderatori oleh Drs. Sony Junaidi, MPd dosen FBB Untag.
Drs. Fitra dalam paparannya telah mengungkapkan kalimat, seperti yang disampaikan oleh Sastrowijono pada agenda konggres kebudayaan pertama tahun 1918, bahwa "Apabila sebuah bangsa mengesampingkan kebudayaannya sendiri serta tidak menghargai apa yang diwariskan nenek moyangnya, maka bangsa itu tidak layak untuk maju.”
Oleh karena itu Pemerintah telah berupaya keras dalam melestarikan warisan budaya dengan melakukan perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan budaya. Sekalipun dalam upayanya itu tidaklah mudah karena terhalang oleh berbagai hambatan yang masuk ke Indonesia, seperti arus globalisasi, distrupsi teknologi, pembangunan yang mengorbankan ekosistem dan budaya, tata kelola yang belum prima, dan lain sebagainya.
Untuk mengurangi hambatan tersebut, maka Fitra menyampaikan perlunya dibuat suatu strategi kebudayaan yang kuat. Salah satu strateginya dengan menyediakan ruang bagi keragaman budaya dan mendorong interaksi untuk memperkuat kebudayaan yang inklusif, imbuhnya.
Mrnurutnya, hal yang tak kalah penting adalah dengan memperkuat perlindungan ekosistem alam, mengembangkan kekayaan budaya di tingkat internasional, serta mereformulasi kelembagaan budaya, jelasnya.
Sri Hartini, sebagai narasumber kedua mengungkapkan bahwa salah satu bentuk budaya yang harus dijaga oleh bangsa dan negara adalah budaya spiritual. Menurutnya, budaya spiritual merupakan suatu ajaran yang mengandung nilai religius dan moral.
Untuk itu Hartini sangat mengapresiasi langkah Untag yang bersedia membuka prodi PKTTYME, karena prodi tersebut merupakan suatu budaya warisan nenek moyang yang tidak boleh dipandang sebelah mata. Sangkan Paraning Dumadi (asal dan tujuan segala sesuatu yang ada di dunia), Manunggaling kawula Lan Gusti (menyatunya hamba dengan Tuhan), dan Memayu Hayuning Bawana (supaya melindungi keselamatan dunia baik lahir maupun batin) merupakan tiga inti ajaran penghayat kepercayaan, jelas Hartini. Dengan demikian para penghayat kepercayaan ini memiliki pribadi untuk sadar budaya, sadar mental, dan sadar spiritual, tambahnya.
Selanjutnya pada prosesi Kuliah Umum ini juga dilakukan penyerahan secara simbolis bantuan buku dari Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat kepada Program Studi PKTTYME, serta hiburan tari daerah Topeng Kelana yang diperagakan oleh Cecep, mahasiswa PKTTYME.