Dalam rangka memperkaya pemahaman terkait dengan Historic Urban Landscape (HUL) dalam perkembangan di Kota Semarang, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Untag Semarang telah menggelar pameran, yang merupakan bagian dari kegiatan penataan dan pelestarian Kota Semarang.
Pameran yang digelar selama tiga hari ini , yaitu dari tanggal 7 - 9 September 2019, merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arsitektur Untag Semarang, yang dalam penelitiannya itu telah difokuskan pada wilayah inti kota bersejarah Semarang, yang terdiri dari empat bagian, yaitu Kauman, Kampung Melayu, Pecinan dan kota Belanda.
Dalam penelitiannya diawali dari kali Semarang dan melintasi bekas jalan raya Post (Groote Postweg), yang merupakan jantung kota asli kota Semarang, yang memiliki empat serambi. Adapun bibit awal kota ditanamkan di Jurnatan tahun 1575, telah menghasilkan lapisan lapisan historis dan morfologis yang berkesinambungan sampai masa kini, yang akan diteruskan sampai ke masa depan.
Pameran yang diselenggarakan di Fakultas Teknik Untag ini secara resmi telah dibuka oleh Wakil Rektor bidang Sumber Daya Manusia, Dra. Giyah Yuliari, MM, yang didampingi Wakil Dekan 2 Fakultas Teknik Ir. MF Sri Mulyaningsih, MT, Ketua Jurusan Arsitektur Ir. Loekman Mohammadi, MT dan Sekjur Arsitek Dr. Ir. Eko Nursanty, MT. Serta disaksikan oleh para mahasiswa dan alumni Arsitektur Untag.
Pada kesempatan itu Giyah Yuliari menyampaikan apresiasi atas diselenggarakannya pameran oleh Arsitektur ini, dia berharap agar kegiatan semacam ini dapat ditindak lanjuti untuk setiap tahunnya, karena kegiatan ini dapat memperkaya pemahaman terhadap prinsip prinsip penataan kawasan cagar budaya yang ada di kota Semarang, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk semakin menghargai keberadaan obyek obyek cagar budaya dalam setiap pembangunan, dan mewujudkan ruang ruang kota yang nyaman dan berjati diri secara berkelanjutan.
Setelah pameran resmi dibuka, dilanjutkan dengan acara saresehan, yang memaparkan materi terkait dengan latar belakang dan landasan teori mengenai pendekatan HUL dalam rangka menyongsong revolusi industri 4.0, yang disampaikan oleh beberapa narasumber, yang terdiri dari para alumni Arsitektur Untag yang sudah berhasil di tempat kerja maupun masyarakat, diantaranya disampaikan oleh Ir. Agung Budiarto dkk.
Dalam sarasehan itu telah dijelaskan bahwa Kota Semarang merupakan kawasan bersejarah yang memiliki nilai historis yang tinggi, terutama sebagai bukti peninggalan arsitektur budaya masyarakat dan identitas awal mula perkembangan kota Semarang.
Oleh sebab itu, kawasan bersejarah itu perlu dilestarikan keberadaannya oleh pemerintah dengan menerapkan salah satu konsep pelestarian, yaitu Historic Urban Landscape (HUL).
Dalam konsep HUL, keterlibatan masyarakat menjadi kunci penting agar kegiatan pelestarian dapat berkelanjutan dan bermanfaat bagi masyarakat, maka dengan Pengetahuan dan perencanaan yang baik, perlu diperhatikan oleh seluruh pihak agar menghasilkan keputusan strategi pelestarian yang disetujui bersama tanpa menimbulkan konflik di masa depan.
Sementara, sistem regulasi merupakan komponen pelengkap yang berperan penting dalam menunjang pencapaian mufakat, serta komponen pembiayaan merupakan hal yang perlu diperhatikan dengan baik oleh pemerintah dan para pihak lain yang terlibat.
Dalam sarasehan itu juga disebutkan bahwa lokasi dengan karakteristik tertentu dan berada pada lokasi yang strategis memiliki nilai
daya tarik yang tinggi bagi para investor, baik pariwisata maupun peluang bisnis investasi
lainnya.
Namun demikian, peluang suatu kawasan bersejarah untuk menjadi destinasi wisata atau pengembangan bisnis lainnya perlu diperhatikan oleh pemerintah setempat. Hal ini menjadi penting agar keaslian tempat dan nilai historis yang berada dalam kawasan bersejarah (haritage) tidak hilang adanya pembangunan dan budaya baru yang masuk.