Nasionalisme bukan sekadar soal simbol dan identitas, tetapi juga sebuah substansi. Hal tersebut menjadi topik perbincangan pada forum “Nasionalisme Substansial” yang diselenggarakan oleh Yayasan Pembina Pendidikan 17 Agustus 1945 (YPP 17) Semarang, baru-baru ini. Forum ini mengupas tuntas bagaimana konsep Nasionalisme Substansial dapat menjadi strategi untuk menghadapi tantangan globalisasi, dengan mengoptimalkan sumber daya manusia, teknologi, dan kebudayaan.
Acara yg bertempat di Grha Kebangsaan Untag ini dihadiri oleh para pimpinan lembaga dan fakultas di bawah naungan YPP 17, yakni Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Semarang, SMK 17 Semarang, dan Akademi Kesehatan (AKKES 17) Semarang.
Warsito Ellwein, Direktur Agenda 45, hadir sebagai pembicara utama, memberikan penjelasan komprehensif tentang konsep ini. “Nasionalisme Substansial adalah kecintaan, komitmen dan keberpihakan warga negara bagi peningkatan kesejahteraan bangsa dan negaranya dengan memaksimalkan substansi yang ada di dalamnya, seperti: sumber daya manusia, sumber daya alamnya, ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan baik yang ada di negara maupun yang tersebar di seluruh dunia” tegas Warsito.
Disamping itu, Warsito juga menjelaskan untuk memenuhi Nasionalisme Substansial di era globalisasi diperlukan sistem pembangunan berbasis negara, sistem pembangunan yang bergotong royong, kepemimpinan yang berintegritas dan berkompetensi (akademik dan sosial), serta aktif ikut menata tatanan dunia baru terutama pada sektor politik luar negeri dan ekonomi.
Dipandu oleh Drs. St. Sukirno, M.S., sebagai moderator, forum ini juga dibuka dengan sambutan Ketua Pembina YPP 17, Prof. Dr. Sarsintorini Putra, S.H., M.H., yang menekankan pentingnya sinergi antar lembaga pendidikan untuk memperkuat karakter kebangsaan. “Melalui pemahaman mendalam terhadap nasionalisme, kita dapat membangun generasi yang tidak hanya cinta tanah air tetapi juga berdaya saing global,” ujarnya.
Forum ini menjadi ruang diskusi yang inspiratif, membekali para pimpinan dengan wawasan strategis untuk menerapkan nasionalisme dalam konteks substansial yang relevan dengan perkembangan zaman.