Untag Semarang telah menggelar seminar dari hasil program Insentif Pengabdian Masyarakat yang telah terintegrasi dengan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang berbasis Indikator Kinerja Utama (IKU) bagi PTS tahun 2022, yang dalam skema Pengabdiannya merupakan "Kegiatan Kampung Bangkit" yang mendapatkan bantuan pendanaan dari Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi.
Seminar tersebut diselenggarakan di Hotel Noorman Semarang, yang dihadiri oleh pihak Rektorat, Dekanat, para dosen dan ibu ibu peserta pelatihan pengabdian masyarakat, belum lama ini.
Acara seminar telah dibuka oleh Rektor Untag Prof. Dr. Drs Suparno, MSi, yang dalam sambutannya mengatakan bahwa Untag Semarang sebagai kampus kemasyarakatan akan terus mengabdi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu inovasi baru akan senantiasa dilahirkan baik dari kalangan dosen maupun mahasiswa untuk pengabdian yang lebih baik.
Dengan dilakukannya pelatihan itu, maka dapat mengakselerasikan pelaksanaan pengabdian masyarakat Untag Semarang dengan pembelajaran kolaborasi dan partisipatif mahasiswa melalui skema kemasyarakatan yang diwujudkan dalam dua kegiatan pemberdayaan masyarakat yakni: kemandirian masyarakat (KKM) dan Kegiatan Kampung Bangkit, katanya.
Dalam seminar tersebut telah dibahas dua program hasil pengabdian kepada masyarakat, yang pertama adalah "Optimalisasi talenta perempuan dalam pengembangan produk-produk ecoprint dengan pemanfaatan daun jati : alternatif pendapatan di desa Deliksari, kelurahan Sukorejo kecamatan Gunung Pati" yang dipresentasikan oleh Dr. Honorata Ratnawati Dwi Putranti, SE, MM., dan topik yang kedua yaitu "Pengunci Warna Batik Sebagai Dasar Mempertahankan Warna Yang Ramah Lingkungan Di Kelurahan Meteseh Kecamatan Tembalang" yang dipaparkan oleh Ir. Rudy Firyanto, MT.
Dalam paparannya Dr. Honorata Ratnawati mengatakan bahwa Pengabdian Kepada Masyarakat yang dipimpinnya itu dilakukan di Desa Deliksari, Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang. Dengan melakukan pengembangan teknik ecoprint, yaitu sebuah teknik cetak dengan pewarnaan kain alami yang cukup sederhana dengan materi daun jati, kulit buah buahan yang ramah lingkungan, dan dapat menghasilkan motif yang unik serta dapat dimanfaatkan untuk menjadi peluang usaha.
Pengembangan produk ecoprint tersebut dilakukan dengan memberi pembinaan kepada kelompok ibu rumah tangga dan para remaja putri yang ada di Desa Deliksari, dengan anggota kelompok sebanyak 20 hingga 25 orang, yang dimulai sejak tanggal 11 Desember 2022.
Sebelum Untag datang, ditemukan berbagai masalah di desa itu seperti masih kurangnya antusias dan kesulitan warga untuk berlatih karena minimnya peralatan pendukung, serta kesulitan dalam hal pemasaran.
Dengan dilakukannya pengabdian oleh tim Untag disana, telah meningkatkan kualitas hasil produksi ecoprint. Produk ecoprint juga bertambah yang semula hanya dari media kain, sekarang dapat dibuat pada mug tambler, sovenir, dan lain-lain. Tidak hanya itu, masyarakat juga mulai paham untuk memasarkan produk olahan mereka setelah diberikan pelatihan. Selain itu, tim Untag juga telah menciptakan prototipe teknologi baru untuk mengontrol suhu produk ecoprint.
Adapun program pengabdian yang kedua dilakukan di Meteseh Tembalang, dipimpin oleh Ir. Rudi Firyanto, M.T beserta tim. Dalam paparannya dijelaskan bahwa di daerah tersebut terdapat sanggar batik Tapak Dara, yang banyak dikeluhkan oleh masyarakat akibat warna yang dihasilkan mengalami kelunturan. Selain itu, usaha pengelolaan batik di sanggar tersebut menurutnya masih harus membutuhkan pengetahuan, ketrampilan disain batik, serta pewarnaan kain batik agar menghasilkan batik yang lebih berkualitas.
Oleh karena itu, tim Untag Semarang memberikan program-program yang dapat membangun kemajuan sanggar batik Tapak Dara, dengan membentuk kelompok kerja, motivasi, mengaplikasikan penguncian warna, penyuluhan diversifikasi dan inovasi produk baru, sosialisasi untuk mendaftarkan hak cipta.